Title: Please, Don’t Let Her Go (chapter 3)
Cast: Seohyun and Kyuhyun.
Genre: Romance, Friendship, Family, Angst.
Type: Series
Author: CK93
Hallo~~~ wehehehe, balik lagi dengan kelanjutan FF super menye menye alay ini -_-vvv part ini itu bener-bener aneh. Mudah2an feelnya dapet. Takutnya ga dapet malah jadi maksa T_T mohon maaf ya kalo part ini bener-bener jelek dan super sinetron (?) Happy reading!! ^^
P.S: selain yang surat, tulisan bercetak miring itu flashback ya hehehe ._.
Sudah satu minggu Seohyun dirawat di rumah sakit, dan sudah tidak terhitung pula berapa kali Kyuhyun datang menjenguk Seohyun. Keadaannya memang sudah cukup membaik. Demamnya sudah turun tapi……. Penyakit sialan itu malah bertambah parah.
“Seohyun, lebih baik kau menjalankan operasi.” Kyuhyun mencoba menasehati Seohyun walaupun lelaki itu tahu, Seohyun pasti tidak akan mendengarkan sarannya, apalagi tentang masalah operasi. Wanita itu ternyata cukup keras kepala untuk hal yang satu itu. Seohyun menatap Kyuhyun tajam. Mengapa lelaki itu masih menyuruhnya menjalankan operasi padahal tahu pasti Seohyun tidak akan pernah melakukannya.
“Seohyun, lebih baik kau ikuti apa kata dokter, kau harus dioperasi.” Kyuhyun mencoba menasehati Seohyun. Seohyun menghentikan aktifitasnya dan menatap Kyuhyun. Gadis itu menggeleng lalu melanjutkan aktifitasnya. Kyuhyun memegang tangan Seohyun dan menariknya duduk di kursi meja makan.
“Kenapa kau tidak mau dioperasi?” kyuhyun mencoba menyelidiki alasan mengapa gadisnya tidak mau dioperasi. Seohyun memutar bola matanya lalu segera beranjak dari kursi dan mengambil kertas serta pulpen. Kyuhyun menatapnya. Apa yang sedang dia tulis? Tak lama gadis itu memberikan kertas itu kepada Kyuhyun, kyuhyun menatap kertas itu sebentar lalu membacanya.
‘Aku sulit menjelaskannya oppa. Apakah oppa tahu resiko operasi itu sangat besar. Aku bisa saja tidak selamat atau mungkin selamat tetapi… memoriku akan hilang. Semuanya. Aku tidak mau hidup tanpa sedikitpun memori di kepalaku. Aku tidak mau menjadi manusia dengan daging dan tulang tanpa ingatan. Karena dengan begitu…. Aku hanya akan menjadi sesosok boneka hidup tanpa ingatan, mungkin? Aku sosok yang melupakan semuanya dan mungkin akan menjadi sosok yang… terlupakan’
Kyuhyun mengingat kejadian 3 tahun lalu. Alasan mengapa gadisnya tidak mau menjalankan operasi.
“Oke, baiklah. Aku tahu. Berhenti menatapku sepeti itu, menyeramkan.” Kyuhyun tersenyum mencoba mencairkan suasana. Seohyun kembali berkutat dengan bukunya. Kyuhyun memperhatikan gadisnya. Dia tersenyum simpul, memikirkan betapa beruntungnya dia bisa memiliki gadis itu. Betapa beruntungnya dia bisa menjadi satu-satunya lelaki yang kelak akan menjaga gadis itu nanti. Tapi seketika senyumnya sirna memikirkan apa yang akan terjadi ke depan nanti. Baru memikirkannya saja sudah cukup membuatnya takut, bagaimana jika nanti semua yang dia pikirkan benar-benar terjadi? Lelaki itu tahu, pasti suatu saat nanti akan ada perpisahan. Tapi tidak bisakah Tuhan memberikan waktu yang lebih lama untuknya dan Seohyun? Kyuhyun segera menggelengkan kepalanya, mencoba membuang semua pikiran buruknya.
Dia melihat Seohyun menguap kecil. Dia kembali tersenyum. Waktu memang sudah menunjukan pukul 10 malam.
“Kau mengantuk?” tanyanya. Seohyun hanya mengangguk lalu segera menutup buku yang dia baca dan menaruhnya di meja di samping tempat tidur.
“Tidurlah. Aku akan tetap disini.” Kyuhyun menyelimuti tubuh Seohyun dan menggenggam tangan sebelah kiri Seohyun. Seohyun tersenyum, dia bergeser ke sebelah kanan sedikit lalu menepuk ruang kosong di atas kasurnya.
“Apa?” Tanya Kyuhyun bingung. Seohyun menarik lengan Kyuhyun pelan, menyuruhnya duduk di atas kasur. Lalu gadis itu segera mengambil kertas dan pulpen di atas meja.
‘Tidurlah disini oppa, temani aku. Sekali ini saja. Oke?’ Kyuhyun membelalakan matanya.
“Apa itu tidak apa-apa Seo?” Tanya Kyuhyun. Seohyun hanya menggeleng sambil tersenyum. Kyuhyun berpikir sebentar.
“Baiklah.”
Sudah jam 11 malam, tetapi Kyuhyun masih terjaga. Seohyun sudah tertidur lelap dalam dekapannya. Sejak Seohyun tidur tadi, Kyuhyun tidak mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari wajah Seohyun. Sudah 1 jam dia menatap wajah Seohyun. Menelusuri setiap inci wajah Seohyun. Mengusapnya pelan dengan jemarinya, berharap gambaran wajah itu tidak akan pernah hilang. Berharap senyuman akan selalu terbingkai di wajahnya. Dengan perlahan Kyuhyun mengeratkan pelukannya. Seohyun menggeliat sebentar lalu membenamkan wajahnya di dada Kyuhyun. Kyuhyun tersenyum kecil. Dia mencium puncak kepala Seohyun pelan. Dia membenamkan wajahnya di atas kepala Seohyun sambil memejakman mata. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh gadisnya. Berharap aroma tubuh gadis itu tidak akan pernah hilang dari penciumannya.
Saat Kyuhyun akan terlelap, handphonenya berdering. Dengan malas dia menggerakan tangannya untuk mengambil handphonenya. Dia mengangkat teleponnya tanpa melihat identitas peneleponnya.
“Yoboseo.” Jawab Kyuhyun malas.
“Dimana kau?” terdengar suara wanita dari seberang sana. Dia kenal betul dengan suara di seberang sana.
“Eomma.” Kyuhyun mendesah pelan. “Ada apa?” lanjutnya sambil beranjak dari kasur dan keluar dari kamar Seohyun.
“Dimana kau? Cepat pulang!”
“Aku masih ada urusan eomma. Tidak bisakah kau tidak mencampuri urusanku sebentar saja?” Kyuhyun bertanya dengan kasar.
“Jangan bilang kau sedang bersama dengan wanita cacat itu?”
“Eomma!” kali ini Kyuhyun berkata dengan cukup keras.
“Apa? Cepat pulang!”
“Eomma, tolong, hargai keputusanku sekarang eomma.” Kyuhyun menurunkan sedikit nada bicaranya.
“Tidak. Aku minta kau pulang sekarang juga!” Ibunya menaikkan sedikit nada suaranya.
“Eomma ak–“ belum selesai Kyuhyun bicara, ibunya sudah memutuskan hubungan teleponnya.
“Aish!” Kyuhyun mendesah pelan. Ia terpaksa pulang, walau bagaimanapun wanita itu adalah Ibunya. Dia tidak bisa melawannya. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar Seohyun. Gadis itu masih tertidur lelap. Kyuhyun membetulkan letak selimut Seohyun.
“Maaf. Aku mengingkari janjiku. Aku harus pulang sekarang. Jika tidak Ibuku bisa marah besar.” Kyuhyun berbisik tepat di telinga Seohyun sambil mengelus rambut Seohyun pelan. Sebelum pergi lelaki itu menulis sesuatu dan menaruhnya di atas meja lalu mencium lembut kening Seohyun. Dengan langkah berat dia keluar dari kamar gadis itu.
Seohyun terbangun dari tidurnya saat mendengar suara berisik dari sampingnya. Dia membuka matanya perlahan lalu menghirup oksigen dalam-dalam. Dia melihat ke sampignya dan melihat ibunya sedang sibuk memotong buah. Gadis itu segera bangun dan duduk. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sosok lelakinya.
“Selamat pagi, Seohyun.” Sapa Ibunya. Seohyun mengalihkan pandangannya ke arah Ibunya. “Ini. Tadi saat eomma sedang membereskan meja, eomma melihat pesan ini.” Lanjut ibunya sambil memberi Seohyun secarik kertas. Seohyun mengambil kertas itu bingung lalu membacanya.
Selamat Pagi Gadisku,
Seohyun ku, maaf aku harus pulang.
Maaf aku mengingkari janjiku semalam. Aku ada sedikit urusan dengan Ibuku.
Ingat, jangan lupa sarapan dan jangan membuat ibumu cemas.
-Suami masa depanmu, Cho Kyuhyun-
Seohyun tersenyum kecil saat membaca pesan itu.
“Dari Kyuhyun?” ibunya bertanya. Seohyun hanya mengangguk sambil terus memandang kertas itu. Dia segera mengambil buku catatannya yang selalu dia bawa kemana-mana lalu menyelipkan kertas itu dalam bukunya. Dia membuka-buka buku catatannya. Buku itu, gudang kenangannya bersama Kyuhyun. Semua yang telah terjadi selama 4 tahun tertulis disitu. Perjalanan hidupnya bersama Kyuhyun. Seohyun menutup buku itu lalu memeluknya erat. Ibunya yang melihat tingkah anak semata wayangnya hanya bisa tertawa.
Seohyun masih menunggu kedatangan Kyuhyun. Sudah jam 4 sore tetapi Kyuhyun belum datang juga. Gadis itu hanya menatap keluar jendela. Hujan sedang turun dengan deras. Gadis itu membuang napasnya panjang. Dia kembali bergulat dengan pikirannya. Masih memikirkan bagaimana kehidupan dia ke depannya. Bagaimana dengan Kyuhyun? Dia ingin lelaki itu bahagia dan hidup normal, tapi disisi lain dia tidak bisa melepaskan lelaki itu begitu saja. Kyuhyun…. Oksigennya, penopangnya, dan mataharinya. Bagaimana dia bisa hidup tanpa Kyuhyun di sampingnya? Tapi dia juga tidak bisa mengikat lelaki itu untuk terus mendampinginya. Bagaimana Kyuhyun akan dipandang jika dia terus bersama Seohyun? Seandainya pada hari itu dia tidak bertemu dengan Kyuhyun, mungkin keadaannya tidak akan serumit sekarang. Seandainya jika dia mengabaikan Kyuhyun saat itu, semua akan tetap berjalan normal. Inilah resiko jika dia jatuh cinta. Dia tidak ingin merasa terikat oleh orang lain, karena jika suatu saat dia harus melepasnya, dia tidak akan bisa. Semua akan terasa sulit. Jatuh cinta, itu bukan keinginannya. Apalagi pria itu adalah Kyuhyun. Seohyun beranjak dari kasurnya, mengambil selembar kertas dan pulpen. Dia menuliskan sesuatu di atas kertas itu sambil menahan tangisnya. Setelah beberapa menit dia menulis dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian dia menekuk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya kesana. Dia menangis. Dia sudah mengambil pilihan. Bukankan harus ada sesuatu yang dikorbankan jika kita mau mengambil suatu pilihan?
Kyuhyun berlari dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Tubuhnya basah kuyup. Sambil berlari, dia berulang kali melihat jam tangannya.
“Sial. Jika tadi eomma tidak menahanku mungkin aku sudah dari tadi sampai di rumah sakit ini.” Gumamnya. Dia berhenti tepat di depan pintu kamar Seohyun. Sebelum masuk, dia membungkukan badannya sebentar sambil memegang lututnya. Mencoba mengatur napasnya. Setelah itu dia membuka pintu kamar Seohyun. Seohyun yang sedang diam sambil menatap keluar jendela otomatis mengalihkan pandangannya. Gadis itu tersenyum ketika melihat Kyuhyun. Orang yang dari tadi dia tunggu akhirnya datang juga. Tapi senyum itu sirna seketika saat melihat Kyuhyun basah kuyup. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, mencari handuk. Matanya tertuju dengan sapu tangan di atas meja. Kyuhyun datang menghampiri Seohyun, lalu segera menarik kursi tepat di samping kasur Seohyun.
“Maaf, aku terlambat ya?” tanyanya dengan napas yang tersengal-sengal. Seohyun menggeleng.
“Tadi ada sedikit masalah di rumah. Kau tahu kan bagai–” ucapan Kyuhyun terputus ketika lengan Seohyun dengan lembut membersihkan wajah Kyuhyun yang basah. Pria itu menatap Seohyun kaget. Seohyun hanya tersenyum sambil menatap Kyuhyun. Tangannya dengan perlahan terus mengusap lembut wajah dan rambut pria itu yang basah dengan sapu tangan miliknya. Kyuhyun terus menatap Seohyun lembut. Menikmati sentuhan lembut Seohyun ke setiap inci wajahnya. Pria itu berharap, saat-saat seperti ini tidak akan pernah berakhir. Dia berharap Tuhan memperlambat waktu saat itu juga atau lebih baik lagi jika Tuhan menghentikan waktu pada saat itu. Seohyun selesai membersihkan wajah Kyuhyun dan segera menaruh sapu tangannya ke tempat semula. Dia melihat Kyuhyun masih tidak berkedip dan terdiam di tempatnya. Seohyun tertawa gemas lalu dengan perlahan dia mencubit pelan hidung Kyuhyun. Kyuhyun terperanjat sebentar. Pria itu menatap Seohyun lalu tersenyum lagi.
“Terimakasih.” Katanya. Dan pada saat itu dia baru sadar, ada yang aneh dengan gadisnya hari ini. Matanya agak sembab dan terlihat kelelahan. Apakah gadisnya tidur dengan baik?
“Kau baik-baik saja?” pertanyaan Kyuhyun sontak membuat Seohyun kaget. Gadis itu terdiam sebentar lalu mengangguk sambil tersenyum. Kyuhyun tahu, pasti ada sesuatu yang Seohyun sembunyikan. Dia tahu, ada segurat kecemasan dari mata Seohyun. Tapi lelaki itu lebih memilih untuk diam.
Seohyun kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kyuhyun masih menatapnya intens, lalu dia mengelus puncak kepala Seohyun lembut. Seohyun perlahan memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut Kyuhyun…. Untuk terakhir kalinya. Air matanya turun tanpa dia sadari. Kyuhyun yang melihat itu sontak merasa kaget. Ternyata benar, feelingnya tidak salah. Memang ada yang aneh dengan gadisnya. Dengan perlahan jemarinya menyentuh kedua sisi wajah Seohyun lalu dengan lembut kedua ibu jarinya mengusap lembut air mata Seohyun. Kyuhyun berdiri lalu membungkukan sedikit badannya, kemudian dia merengkuh tubuh kurus Seohyun dan mendekapnya ke dalam pelukannya. Tubuh Seohyun terangkat sedikit, lalu gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Kyuhyun. Tangisnya pecah seketika. Kyuhyun semakin mempererat pelukannya. Tiba-tiba pria itu ikut menangis. melihat gadisnya terluka tentu saja membuat dia sedih. Seohyun semakin membenamkan wajahnya ke dada bidang Kyuhyun. Baju yang Kyuhyun pakai saat itu menjadi sedikit basah. Setelah agak tenang, Seohyun melepaskan pelukan Kyuhyun. Lalu gadis itu membuka laci meja di samping tempat tidurnya dan mengambil sebuah surat dengan amplop putih. Seohyun menatap surat itu sebentar, dia menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya pelan, setelah yakin, dia memberikan surat itu kepada Kyuhyun. Kyuhyun yang merasa bingung hanya bisa menautkan kedua alisnya, lalu mengambil surat itu. Saat pria itu akan membuka amplopnya dan membaca suratnya, Seohyun menahannya. Kyuhyun menatap Seohyun, gadis itu hanya menggeleng pelan.
‘Pulanglah oppa, buka surat itu saat kau sudah sampai di rumah nanti. Jangan buka surat itu sekarang.’ Tulisnya. Kyuhyun yang membacanya merasa bingung, kenapa tiba-tiba? Perasaannya tidak enak, ada yang sedikit, tidak, bukan sedikit, tapi banyak yang mengganjal di pikirannya tentang perilaku Seohyun hari ini. Seohyun sedikit mendorong tubuh Kyuhyun agar pria itu segera keluar dari ruangannya dan pulang. Kyuhyun yang merasa enggan sedikit menahan tubuhnya. Meminta penjelasan dari sorot matanya. Tapi Seohyun membalas sorot mata Kyuhyun dengan tatapn yang lebih menyakitkan hati Kyuhyun. Pria itu menyerah, mencoba mengalah untuk gadisnya. Saat pria itu membuka pintu, dia membalikkan badannya sebentar untuk melihat Seohyun. Gadis itu hanya tersenyum lemah lalu menggerakan kepalanya, menyuruh Kyuhyun untuk pergi. Dengan langkah gontai, Kyuhyun keluar dari kamar Seohyun dan segera berjalan ke arah parkiran mobil di luar.
Kyuhyun duduk di dalam mobil, saat dia baru saja mau membuka surat dari Seohyun, handphonenya bergetar.
“Ah.” Dia mendesah kecil. Dengan enggan, dia merogoh saku celananya dan mengambil handphonenya. Saat melihat identitas peneleponnya, lelaki itu mendesis.
“Ada apa eomma?” tanyanya dingin.
“Cepat pulang. Kau berjanji kau akan pergi sebentar. Sekarang sudah hampir 1 jam. Cepat pulang.” Paksa Ibunya.
“Eomma….. sebentar lagi saja.” Jawabnya memelas.
“Tidak. Cepat pulang sekarang.” Kyuhyun hanya bisa menuruti apa kata Ibunya. Dia menutup sambungan teleponnya lalu menaruh surat yang diberi Seohyun di jok penumpang. Dia segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi.
**
Sampai di rumah, Kyuhyun langsung berjalan menuju kamarnya. Tanpa berganti baju, pria itu langsung menghempaskan tubuhnya di kasur sehingga menimbulkan suara bedebam kecil. Dia menatap surat yang diberi Seohyun lalu membuka amplopnya. Dengan ragu, dia membuka lipatan surat itu lalu membacanya.
Annyeong, Kyuhyun ku. Bagaimana keadaanmu sekarang? Haha bodoh, kenapa aku bertanya begitu ya. Jelas-jelas tadi kita baru saja bertemu. Kyu… tidak terasa sudah 4 tahun kita bersama. Sungguh, aku benar-benar beruntung bisa mengenalmu. Sungguh aku benar-benar beruntung bisa memiliki mu. Pribadi mu yang hangat, itu benar-benar menyenangkan.
Kyuhyun tersenyum ketika membacanya. Dia menarik napasnya pelan lalu kembali melanjutkan membaca surat itu.
Bagaimana bisa wanita cacat sepertiku menarik hatimu? Tidak ada yang lebih membahagiakan di dunia ini ketika tahu bahwa kau mencintaiku, tulus, dengan segenap hatimu. Tapi…. Tahukah kau Kyu ada saat dimana aku merasa aku tidak akan terus bisa bersama mu? Ada saat aku merasa mungkin sebentar lagi aku akan pergi meninggalkanmu. Kyu, aku mohon, carilah wanita yang lebih baik dariku. Carilah wanita yang bisa menjamin kebahagiaanmu. Lepaskanlah aku Kyu. Aku melepasmu bukan berarti aku tidak mencintaimu. Sungguh, aku benar-benar mencintaimu Kyu. Kau oksigenku, penopangku, malaikatku, pusat kehidupanku berputar. Tapi, Tuhan sepertinya hanya memberikan kita dua pilihan:
1. Aku yang melepasmu
2. Kau yang melepasku
Aku memilih nomor satu, karena dengan begitu kau akan melaksanakan pilihan yang ke dua.
Air mata Kyuhyun menetes begitu saja. Dia terisak pelan. Tangan sebelah kanannya menutup mulutnya, menahan isakan tangisnya agar tidak pecah, tapi percuma. Perasaannya benar-benar kalut sekarang. Bagaimana bisa dia melepaskan kunci kehidupannya pergi begitu saja? Keberadaan dia untuk gadis itu tidak jauh berbeda dengan keberadaan gadis itu untuknya. Bahkan lebih penting. Dia meremas pelan ujung kertas surat itu. Pria itu dengan jelas bisa melihat bercak air mata Seohyun yang jatuh dan membuat tintanya menjadi luntur. Dengan napas yang berat dia kembali membaca surat itu.
Malaikatku, matahariku, oksigenku, terimakasih. Terimakasih karena kau sudah mencintaiku. Terimakasih karena kau sudah mau menjadi pendampingku selama 4 tahun. Terimakasih karena kau sudah mau menjadi cahaya untukku. Terimakasih kau sudah mau menjadi napas bagiku. Terimakasih…. Atas segalanya Cho Kyuhyun.
Saranghae… jeongmal saranghae…..
-Yang selalu mencintaimu, Seo Joo Hyun.-
Huah, makasih buat yang udah mau baca FF ini apalagi comment :’’’’) mungkin 2 part lagi FF ini bakal tamat, doakan aja ya~~~ hehehe. Di part ini sedihnya kerasa gak sih? Aku pesimis sekali sama part ini -_- maaf ya kalo mengecawakan *bow*